Kalau dibilang menyakitkan…ya betul, menyakitkan memang “jika sesuatu yang merupakan kepunyaan diakui atau di klaim oleh orang lain” dan itulah yang rasakan oleh sebagian atau mungkin seluruh rakyat Indonesia. Kebudayaan yang merupakan Aset Negara dan Warisan nenek Moyang sebagai harta tak terbeli dengan seenaknya di klaim sebagai Budaya Negara lain ( Malaysia, red ).
Belum lagi permasalahan Ambalat yang selalu membara, Malaysia kini berulah dengan mengklaim beberapa Kebudayaan yang sudah turun temurun berada dan dimiliki Indonesia.
Memang Indonesia adalah Negara kaya akan Budaya namun tidak berarti bahwa Budaya dapat diberikan atau dilepas begitu saja. Menurut sebagian pengamat dan opini masyarakat bahwa ada beberapa faktor yang mengakibatkan begitu mudahnya peng Klaim an Budaya kita.
1. Kita sebagai Negara yang mungkin Tidak terlalu Peduli akan Budaya, sehingga tidak ada tindakan konkrit dan tegas untuk membiarkan hal ini terjadi.
2. Negara mungkin masih “Enggan” mengeluarkan dana untuk memproteksi Budaya – Budaya kita dengan memiliki hak paten.
3. Kita mungkin terlalu Takut kepada Negara peng Klaim atau Negara peng Klaim yang tidak tau diri dan asal main comot aja.
Berikut Beberapa Budaya dan Harta Milik Indonesia yang di Klaim Malaysia :
1. Batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak – menggunakan canting atau cap – dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
2. Kuda Lumping
Awalnya, menurut sejarah, seni kuda lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala tentara.
Di samping, juga sebagai media menghadirkan hiburan yang murah-meriah namun fenomenal kepada rakyat banyak.
Pertunjukan juga biasanya disuguhi adegan-adegan berbahaya seperti, makan dan jalan pada beling, jalan dan makan bara api.
3. Angklung
Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
4. Bunga Rafflesia Arnoldi
Patma raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.
5. Wayang Kulit
Wayang berasal dari kata wayangan yaitu sumber ilham dalam menggambar wujud tokoh dan cerita sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si penggambar
karena sumber aslinya telah hilang.
Awalnya, wayang adalah bagian dari kegiatan religi animisme menyembah ‘hyang’, itulah inti-nya dilakukan antara lain di saat-saat panenan atau taneman dalam bentuk upacara ruwatan, tingkeban, ataupun ‘merti desa’ agar panen berhasil atau pun agar desa terhindar dari segala bala.
0 komentar:
Posting Komentar